Kami kembali ke jalan yang pernah kami lalui,
lebih kaya dengan keheningan dan nama-nama lembut
seperti Danau Wallaga, desa Umbara.
Tilba Tilba atau Sungai Thurra.
Aku sudah menyaksikan hutan hujan dirawat
seperti paman yang kaya di bagian kota yang mewah.
Aku menyusuri pantai-pantai yang
semampai sendirian
kecuali kehadiran
pohon-pohon para yang berdansa
seperti rangka pada banyak bayangan
air pasang pada ujung petang.
Aku memestakan hatiku
di rumah peternakan beratap kaleng
yang jauh dari mana-mana
dan berhenti menghitung ternak
di dataran Victoria.
Jembatan tua di Genoa
berdiri menghormati mereka yang
melawan birokrasi untuk menyelamatkannya.
Ada pohon-pohon yang menghitam karena api
dan tunggul-tunggul tua
menantang seperti pahlawan perang.
Aku merasa seperti salah satu yang hidup
ketika jalan-jalan di Melbourne
digerayangi cahaya yang menerangi jalan kami pulang.
Jika aku kehilangan arah
dan tersesat di angin,
Aku akan menengadah — begitulah! Aku menengadah.
Return to Melbourne 2003: 25
Jumat, 17 Desember 2010
Kembali Ke Melbourne
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar