Halaman

Jumat, 17 Desember 2010

Kembali Ke Melbourne

Kami kembali ke jalan yang pernah kami lalui,
lebih kaya dengan keheningan dan nama-nama lembut
seperti Danau Wallaga, desa Umbara.
Tilba Tilba atau Sungai Thurra.

Aku sudah menyaksikan hutan hujan dirawat
seperti paman yang kaya di bagian kota yang mewah.
Aku menyusuri pantai-pantai yang
semampai sendirian
kecuali kehadiran
pohon-pohon para yang berdansa
seperti rangka pada banyak bayangan
air pasang pada ujung petang.

Aku memestakan hatiku
di rumah peternakan beratap kaleng
yang jauh dari mana-mana
dan berhenti menghitung ternak
di dataran Victoria.

Jembatan tua di Genoa
berdiri menghormati mereka yang
melawan birokrasi untuk menyelamatkannya.
Ada pohon-pohon yang menghitam karena api

dan tunggul-tunggul tua
menantang seperti pahlawan perang.
Aku merasa seperti salah satu yang hidup
ketika jalan-jalan di Melbourne
digerayangi cahaya yang menerangi jalan kami pulang.

Jika aku kehilangan arah
dan tersesat di angin,
Aku akan menengadah — begitulah! Aku menengadah.

Return to Melbourne 2003: 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar